Tarian Tor-tor
1. Sejarah Tari Tor Tor
Menurut sejarahnya, tari tor tor ini diperkirakan sudah ada sejak zaman
batak purba. Di masa itu, tarian ini dipakai untuk tari persembahan bagi
roh nenek moyangnya.
Penggunaan properti berupa patung yang terbuat
dari batu adalah ciri khas utama dari pertunjukan tari bernama tor tor
di masa lampau. Patung batu ini bisa bergerak dan menari seiring dengan
bunyi tetabuhan musik sesudah dimasuki oleh roh nenek moyang.
2. Tema dan Makna Filosofi Tari Tor Tor
Saat ini, penggunaan tari tor tor sebagai sarana ritual keagamaan sudah
beralih fungsi sebagai sarana hiburan sekaligus juga media komunikasi
diantara sesama warga. Oleh sebab itu, tari tor tor ini dibagi ke dalam 3
peruntukan, yakni tor tor pangurason, tor tor sipitu cawan, dan tor tor
tunggal panaluan.
- Tor Tor Pangurason (pembersihan) merupakan tari tor tor yang umumnya
dilaksanakan sebelum pesta besar sebagai saran pembersihan dan juga
permohonan supaya pesta bisa berjalan tanpa aral dan rintangan.
- Tor Tor Sipitu Cawan (Tujuh Cawan) merupakan tari tor tor yang
umumnya dipentaskan di dalam acara penobatan raja Batak. Jenis tarian
ini adalah sendratari yang mengisahkan turunnya 7 (tujuh) putri
kahyangan ke Gunung Pusuk Bukhit untuk mandi.
- Tor Tor Tunggal Panaluan merupakan tari tor tor yang umumnya
dipentaskan oleh para dukun di dalam upacara ritual yang digelar sesudah
sebuah desa terkena musibah. Jenis tari tor tor ini adalah sarana
permohonan petunjuk atas musibah yang sudah dihadapi.
3. Gerakan Tari Tor Tor
Dalam pertunjukannya, gerakan tari tor tor ini sangatlah sederhana dan
mudah. Tidak heran jika banyak orang yang langsung dapat menarikannya
ketika pertama kali mencoba. Gerakan tarian ini terbatas pada gerakan
tangan yang melambai naik turun secara bersamaan serta gerak hentak kaki
yang mengikuti alunan iringan musik mangondangi. Dalam menarikannya,
para penari tidak diperbolehkan mengangkat kedua tangannya melebihi
bahu. Bila hal tersebut dilanggar dipercaya penari tersebut akan
mendapat kesialan.
4. Iringan Tari Tor Tor
Pertunjukan tari tor tor biasanya akan diiringi oleh tetabuhan
seperangkat alat musik tradisional Provinsi Sumatera Utara yang bernama
Mangondangi. Mangondangi ini sendiri terdiri dari 9 buah gondang,
terompet khas batak, suling, tagading, odap gordang, ogung, doal, oloan,
sarune kalee, hesek, dan panggora. Keseluruhan alat musik tersebut
dimainkan senada seirama seperti halnya paduan sebuah orkestra.
5. Setting Panggung Tari Tor Tor
Setting panggung dalam tari tor-tor umumnya menjadi unsur yang tidak
terlalu diperhatikan, sebab fungsi dari tari tor tor yang menjadi tari
pergaulan membuatnya tidak membutuhkan panggung serta segala macam
kelengkapannya. Para penari bebas bergabung dan juga menari di sebuah
halaman yang luas, tanpa harus dibatasi oleh aturan kecuali dalam hal
kostum atau busana.
6. Tata Rias dan Tata Busana Tari Tor Tor
Busana yang dipakai para penari haruslah mengikuti aturan khusus. Baik
itu kaum pria maupun kaum wanita diharuskan memakai kain ulos alias kain
tenun khas suku batak pada bagian kepala dan di bagian bahu. Motif
kainnya pun bebas, asalkan sesuai dengan tema pesta yang diangkat pada
gelaran tarian tradisional tersebut.
7. Properti Tari Tor Tor
Dalam pementasannya, patung batu menjadi satu properti yang harus dan
wajib ada pada tari tor tor yang dimaknai dengan kegiatan ritual
keagamaan. sedangkan pada tari tor tor yang dimaknai dengan sarana
hiburan, para penari tidak akan memakai properti apapun.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar